Senin, 31 Juli 2017

Inilah Keterkaitan antara Dajjal, Zionis Yahudi, Amerika, UFO dan Konsep Demokrasi

Siapakah Dajjal?
Dajjal adalah pemimpin Yahudi yang dijanjikan akan muncul di akhir zaman. Dia termasuk salah satu makhluk Allah yang ditangguhkan usianya hingga waktu tertentu. Selama masa persembunyiaannya, Dajjal terus menyusun rencana, strategi dan makar agar di hari kemunculannya Dia benar-benar dipertuhankan oleh manusia. Sangat mustahil jika keluarnya Dajjal di dunia yang hanya 40 hari –dengan tiba-tiba- dia menjadi pemimpin yang sangat ditaati, ditakuti dan dipuja banyak manusia. Tidak mungkin manusia akan tunduk dan takluk seketika –dengan sepenuh hati dan jiwa- pada sosok manusia yang sama sekali belum diketahui. Terlebih bahwa terminologi Dajjal selalu identik dengan keburukan, kejahatan, kebusukan dan lambang kerusakan.

Jika seperti ini hakikat Dajjal yang sesungguhnya (jahat, kotor, busuk, licik dan durjana), mengapa di akhir zaman kelak manusia akan bercita-cita untuk bergabung dengan Dajjal ? mengapa kaum wanita akan berbondong-bondong untuk menjadi pengikut setianya ? mengapa orang mukmin yang memiliki iman terkuat sekalipun disarankan untuk tidak mendekatinya ? bahkan orang-orang munafik termasuk yang fasik dari penduduk Madinah juga akan ikut bergabung dengan Dajjal ?

Fenomena di atas jelas-jelas menggambarkan bahwa Dajjal telah melakukan penetrasi ideologi secara terus-menerus dan simultan selama berabad-abad. Kaki tangan Dajjal terus bekerja selama ribuan tahun dengan gaya dan strategi yang memungkinkan manusia tidak lagi menolak Dajjal sebagai sosok pemimpin akhir zaman. Kaki tangan Dajjal akan terus menebar jaring-jaring fitnahnya (materialisme – atheisme – zionisme) sehingga seluruh dunia tidak lagi berkutik melawannya. Tokoh-tokoh pemimpin dunia terus dimunculkan Dajjal untuk menggiring opini agar dunia tunduk di bawah keinginnnya. Berbagai kebijakan internasional, sistem pengendalian dunia, dan tatanan negara dimanapun selalu dibawa untuk mendukung kebijakan sistem Dajjal ini.

Sai Baba sebagai fenomena di India mungkin saja tertuduh sebagai Dajjal, atau hanya salah satu dajjal-dajjal pendusta yang dijanjikan. Meski berbagai ‘kemampuan’ yang dimilikinya mirip dengan yang dilakukan oleh Dajjal, tetapi bahayanya bagi umat Islam justru terletak pada ideologi yang dibawanya. Apa yang ditawarkan oleh Sai Baba dari berbagai ritual dan ajarannya, itulah yang saat ini sedang mengepung umat Islam di Indonesia. Beragam ideologi sesat yang mengepung umat Islam menjelaskan adanya indikasi upaya sistematik kaki tangan Dajjal untuk menancapkan kuku kekuasaannya. Berbagai paham dan ideologi yang menjadi perpanjangan Zionis-Yahudi terus ditebar. Tujuannya; agar seluruh manusia bersedia untuk menyambut Sang Dajjal jika hari yang dijanjikan telah tiba.

Seperti apa fitnah dan ideologi yang diusung oleh Sai Baba ? Benarkah fitnah dan ideologi itu mengakar di tengah Umat Islam ? Sejauh mana kaki tangan Dajjal melakukan penetrasi ideologinya ? Adakah tokoh-tokoh yang menjadi perpanjangan darinya ?

Misteri Segitiga Bermuda
Berdasarkan catatan sejarah, berbagai informasi dan pengakuan dari para pelaku, memang benar secara fakta telah terjadi beberapa peristiwa tragis di seputar kawasan Segitiga Bermuda, Samudra Atlantik. Juga banyak pengakuan dari pelaku yang menyatakan melihat benda terbang aneh berbentuk seperti piring (flying saucer) yang sampai saat ini populer disebut UFO (unidentified flying object). Penyebutan ini, secara tidak langsung merupakan pengakuan betapa sedikitnya ilmu manusia. Memang sampai saat ini obyek terbang tersebut belum bisa diidentifikasi atau bahkan sampai hari akhir kelak tidak akan benar-benar teridentifikasi, Allahu a’lam.    

Berbagai argument, dugaan, penafsiran dan tanggapan terhadap peristiwa misterius tersebut masih terus santer disuarakan baik oleh para ilmuwan, pemuka agama bahkan orang awam ikut berkomentar. Ada yang mendasarkan argumen bahwa penyebab peristiwa misterius tersebut adalah murni gejala alam yang tidak ada kaitannya dengan “alam ghoib”. Ada juga yang mengatakan bahwa semua peristiwa tersebut ada kaitannya dengan aktivitas makhluk ghoib seperti adanya kerajaan setan, jin penguasa laut, aliens, misteri naga laut, makhluk laut Sargasso dan lain sebagainya.    
Lalu bagaimana kita sebagai seorang muslim menyikapinya?
Pertama kita harus mengembalikan segala urusan hanya kepada Allah, bahwa segala sesuatu yang terjadi atau yang menimpa seorang hamba hanya atas izin dan kehendak Allah semata (QS At-Taghobun: 11).
Kedua, Allah swt., telah memberikan ijin kepada salah satu makhluknya, yaitu bangsa jin melakukan aktifitas untuk menakuti dan menggoda manusia.
Ketiga, peristiwa misterius tersebut adalah salah satu bentuk keghoiban bagi manusia, entah itu ghoib mutlak maupun ghoib relatif. Ghoib mutlak adalah segala keghoiban yang telah Allah kabarkan kepada manusia melalui kalamNYA, seperti Dzat Allah, Malaikat, Jin, Surga, Neraka dsb. Sedangkan ghoib relatif adalah segala bentuk keghoiban yang sebenarnya ilmiah hanya saja tidak bisa diketahui manusia karena keterbatasan ilmu dan kemampuannya. Menyikapi peristiwa ghoib tersebut, kita akui bahwa sedikit sekali ilmu kita tentang itu. Allah berfirman Tidaklah Aku berikan ilmu kepada kalian kecuali hanya sedikit sekali (Al-Israa:85).


Sekilas tentang Setan, Dajjal dan Ya’juj-Ma’juj
Mari sejenak kita cari informasi tentang misteri tersebut pada sumber informasi terpercaya milik kita, Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an telah mengabarkan kepada kita tentang banyak keghoiban yang mesti kita imani secara absurd. Salah satunya tentang adanya jin, bala tentara, kerajaan, dan tabiatnya. Bangsa jin mempunyai alam sendiri yang tidak pernah bisa kita lihat, tetapi meraka bisa melihat kita. Bangsa jin diberi kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. Bangsa jin memiliki kecepatan lari melebihi kecepatan cahaya, sehingga mereka sering pergi ke langit untuk mencuri-curi informasi dari karajaan langit. Mereka juga diberi kemampuan berubah-ubah bentuk, mereka mampu memperlihatkan diri pada manusia dalam sosok yang berbeda-beda tergantung seleranya. Rasulullah bersabda, Jin itu terdiri dari tiga golongan, pertama golongan jin yang suka terbang di udara, kedua golongan jin yang berbentuk ular dan anjing dan ketiga golongan jin yang selalu berpindah pindah. (HR Thabrani, Hakim dan Baihaqi)   

Bangsa jin adalah makhluk Allah yang juga mengemban syari’at ketuhanan. Mereka juga layaknya manusia yang mempunyai kewajiban-kewajiban syari’at yang harus dilaksanakan dan kelak juga meraka akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah mereka lakukan. Bangsa jin ada yang beriman, ada yang fasik, munafiq juga ada yang kafir. Menurut pendapat yang masyhur, iblis dan setan adalah salah satu dari bangsa jin yang senantiasa menggoda manusia. Demikian halnya dajjal juga merupakan manifestasi dari sifat setan atau iblis yang kelak di akhir zaman akan ditampakkan oleh Allah dalam bentuk fisik. Dajjal disebutkan berulang-ulang dalam Hadits, sedangkan Ya’juj wa-Ma’juj bukan saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula dalam Al-Qur’an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan turunnya Al-Masih. Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu).

Kamus Lisanul-’Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, karena ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi. Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.Kata Ya’juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-’Arab. Ya’juj wa-Ma’juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.    

Dalam surat Al-Kahfi, segera setelah menerangkan pertempuran satu sama lain antara Ya’juj wa-Ma’juj pada ayat 99, ayat 102 menerangkan persoalan Dajjal. “Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku sebagai pelindung di luar Aku?”. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an mempersamakan Dajjal dengan Ya’juj wa-Ma’juj. Mereka diberi nama yang berlainan karena mempunyai dua fungsi yang berlainan.

Adakah kaitan antara Segitiga Bermuda dengan Kerajaan Setan dan munculnya Dajjal?
Mungkin saja hal itu bisa terjadi karena telah kita pahami bahwa setan mempunyai kekuatan melebihi kekuatan manusia. Mereka juga bisa bergerak secepat cahaya. Sangat masuk akal jika mereka mempunyai kerajaan sebagai tempat persinggahan di manapun mereka kehendaki. Mungkin saja mereka memilih kawasan segitiga Bermuda sebagai tempat karena kita tahu bahwa di kawasan tersebut terdapat pertemuan antara dua arus, yaitu arus panas dari Afrika dan arus dingin dari Amerika Utara akibat intensitas penyinaran matahari yang berbeda. Dan tempat seperti inilah yang paling disukai oleh setan. Peristiwa-peristiwa misterius di kawasan tersebut mungkin disebabkan karena adanya pusaran air yang dahsyat di pertemuan dua arus tersebut, juga karena kerajaan setan yang mungkin tersembungi di situ. Allahu A’lamKemungkinan tersebut didukung oleh tulisan seorang ulama mesir bernama Syaikh Muhamad isa Daud pada buku berjudul “Dajjal akan muncul dari Kerajaan Jin di Segitiga Bermuda”. Di dalam sinopsin buku tersebut dibahas bahwa kelak menjelang hari akhir Dajjal akan muncul dari kawasan Segitiga Bermuda. (http://www.gapuramitrasejati.com/index.php?main_page=product_book_info&products_id=184)

Jika ada pertanyaan, memang jin bisa membunuh atau merusak? Jawabnya bisa, sebagaimana kasus yang pernah menimpa Nabi Ayyub a.s, di mana semua ternak dan kebunnya dimusnahkan oleh jin, tidak hanya itu bahkan semua anaknya mati olehnya dan nabi ayyub sendiri menderita penyakit kulit akibat ulah jin tersebut. Tapi perlu dicacat, semua itu hanyalah atas ijin Allah SWT. Jika Allah tidak menghendaki, niscaya sampai kapanpun jin tidak bisa berbuat apa-apa. Lalu apa motivasi jin berbuat semua itu? Ada banyak motivasi, boleh jadi hanya iseng, ingin menghebohkan dunia, ingin menakuti manusia, menguji manusia, juga ingin menjerumuskan manusia.

Dalam bukunya "Dajjal Muncul dari segitiga Bermuda" Muhammad Isa daud menuturkan, sebelum sampai di Pulau Bermuda atau tinggal di daerah Segitiga Bermuda ini, dajjal dahulunya tinggal di sebuah pulau di laut Yaman. Awalnya, ia lahir dari sebuah keluarga penyembah berhala di zaman setelah Sam bin Nuh. Ia dilahirkan di daerah sekitar Palestina di dekat daerah Sodom dan Gomorah (umat kaum Luth) dalam keadaan cacat di matanya.

Sejak kecil, si anak (dajjal) ini suka menyusahkan orang tuanya. Tidur sekitar empat tahun lamanya dan tidak bisa berjalan. Suatu hari, di tengah lelapnya tidur, si anak terbangun dan mendatangi berhala sesembahan kedua orang tuanya dan tidur lagi di pangkuan berhala itu. Saat itulah orang tuanya mengumumkan kalau anaknya itu merupakan anak Tuhan.

Orangorang yang sebelumnya mendengar bahwa anaknya itu tidak bisa berjalan, spontan menertawakan dan mencemoohnya. Sebagian lainnya, ada yang mengambil air berkah. Oleh banyak orang, si orang tua di laporkan ke hakim dan diputuskan keduanya harus berpisah dengan anaknya. Anaknya ditahan di pengadilan atau istana sedangkan orang tua di bagian lain penjara.

Namun, saat terjadi azab kepada penduduk Sodom dan Gomorah, anak ini diselamatkan oleh Malaikat Jibril ke sebuah pulau yang tidak berpenghuni di laut Yaman. Jarak laut Yaman ini membutuhkan perjalanan yang sangat lama dan jika ingin ke pulau tersebut harus melewati terjangan ombak dahsyat. Jika tak hati-hati maka akan tenggelam. Selama di pulau itu, Jibril menugaskan seekor binatang yang badannya dipenuhi bulu lebat untuk merawat dan membantu si manusia cacat itu.

Singkat cerita, ketika sudah semakin besar, ia memutuskan keluar dari pulau itu dan mengembara ke mana saja. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan Nabi Isa. Dalam pertemuannya dengan Nabi Musa, la awalnya menjadi pengikutnya. Namun, di balik pertemuan itu ia memiliki maksud jahat. Karena kekagumannya pada Musa, ia menggunakan nama Musa. Namun, untuk membedakan ia dengan Musa dari Mesir (Nabi Musa-Red), maka ia memakai nama Musa Samiri alias Musa dari Samirah, tempat lahirnya sewaktu masih di Palestina.

Karena perbuatannya mengajak Bani Israil membuat patung anak lembu maka Musa AS lalu mengusir Samiri. (Lihat QS Thaha [20] 97). Ke mana perginya Samiri (dajjal) ini setelah diusir Musa, tidak ada keterangan lanjutan.

Muhammad Isa Daud menyebutkan, sejak diusir itu, Samiri mengembara lagi ke berbagai tempat. Ia terus belajar mengenai sikap umat manusia dan mencari celah untuk menjerumuskannya. Dan beberapa saat sebelum kelahiran
Rasulullah SAW, dajjal kembali ke pulau tempat ia dibesarkan oleh seekor makhluk berbulu tebal tersebut. Saat mendarat itulah, oleh makhluk tersebut, dajjal disuruh berjalan ke bagian dalam gua. Saat membelakangi dinding gua itulah, dajjal kemudian terpasung. Makhluk tersebut menyatakan, ikatan itu hanya akan bisa lepas, saat waktunya telah tiba. Dalam penuturan Isa Daud, dajjal terpasung selama lebih kurang 63 tahun. Sama dengan usia Rasulullah SAW.

Setelah bebas, dajjal kembali mengembara. Puncaknya, ia pergi ke Segitiga Bermuda dan akhirnya bertemu dengan setan. Ia sangat diagungkan oleh setan dan keduanya membuat perjanjian bersama untuk menghancurkan umat manusia dan memalingkannya dari menyembah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan keterangan Muhammad Isa Daud hingga hari ini dajjal masih hidup. Kendati usianya sudah lebih dari 4.000 tahun, tetapi fisiknya masil tetap muda dan tak ada yang bisa menandingi kekuatannya hingga turunnya Isa AlMasih, putra Maryam, yang akan membunuhn Usianya itu bila dikonversikan dengan Nabi Ibrahim AS, sebagaima pendapat Sami bin Abdullah t Maghluts, bahwa Nabi Ibrahim hidup pada tahun 1997-1822 SM saat ini mencapai 4.000 tahun.

Panjangnya usia dajjal ini, karena ia merupakan satu dari tiga orang yang muntazhar (ditangguhkan) atau dipanjangkan umurnya, yakni setan, Nabi Isa AS, dan dajjal. Dan hanya Nabi Isa AS yang mampu mengalahkan dan membunuh dajjal.
Kaitan antara UFO dengan Jin/Setan
Rasulullah menjelaskan bahwa ada golongan jin yang suka terbng di udara. Mereka bisa terbang dengan kecepatan yang cukup tinggi, melebihi kecepatan cahaya. Dalam al-Qur’an Surat Al Jinn, disebutkan bahwa jin suka terbang ke langit untuk mencuri informasi rahasia dari kerajaan langit, tetapi kebanyakan dari mereka tidak bisa mendapatkan informasi tersebut karena selalu dilempari panah-panah api. Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, (QS Jin: 8).    

Dengan informasi tersebut kita bisa mengatakan kemungkinan besar misteri UFO yang selama ini populer adalah aktifitas jin, karena jin memang bisa berubah-ubah bentuk sesuai keinginan mereka. Apabila kondisi zaman semakin maju yang didukung oleh kecanggihan teknologi, maka jin/setan pun akan mengikuti tren kemajuan tersebut, sehingga mereka boleh jadi juga akan merubah bentuk mereka menjadi objek teknologi tinggi sperti piring terbang tersebut Allahu a’lam bisshowwab


Fitnah Duhaima’ 
Salah satu persoalan yang perlu mendapat perhatian serius tentang huru-hara menjelang kiamat adalah fenomena Fitnah Duhaima’. Duhaima’ yang bermakna kelam atau gelap gulita merupakan satu fitnah yang mengiringi kedatangan Dajjal. Maka menjadi suatu hal yang sangat urgen untuk mengetahui hakikat dan bentuk dari fitnah ini. Sebagian ulama menyatakan bahwa fitnah ini belum terjadi dan sebagian lainnya mengatakan bahwa ia sudah (sedang) terjadi.
Riwayat yang menyebutkan akan terjadinya fitnah ini adalah sebagaimana yang dikisahkan dari Abdullah bin ‘Umar bahwasanya ia berkata : “Suatu ketika kami duduk-duduk di hadapan Rasulullah saw memperbincangkan soal berbagai fitnah, beliau pun banyak bercerita mengenainya. Sehingga beliau juga menyebut tentang Fitnah Ahlas. Maka, seseorang bertanya: ‘Apa yang dimaksud dengan fitnah Ahlas?’ Beliau menjawab : ‘Yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian Fitnah Sarra’, kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari Ahlubaitku, ia mengaku dariku, padahal bukan dariku, karena sesungguhnya waliku hanyalah orang-orang yang bertakwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian Fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut, di dalamnya seorang pria pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari men­jadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.

Jika melihat dari teks yang menjelaskan berbagai bentuk fitnah di atas, nampaknya hakikat dan terjadinya fitnah-fitnah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Peristiwa yang satu akan menjadi penyebab munculnya fitnah berikutnya. Sebagaimana tersebut dalam nash di atas, beliau mengungkapkan dengan kalimat “tsumma” yang bermakna kemudian. Ini menunjukkan bahwa fitnah-fitnah tersebut akan terjadi dalam beberapa waktu, yang ketika hampir berakhir atau masih terus terjadi hingga puncaknya, maka dilanjutkan dengan fitnah berikutnya. Kalimat “tsumma” menunjukkan jeda waktu yang tidak pasti, namun menunjukkan makna “tartib” (kejadian yang berurutan).

Fitnah pertama yang beliau sebutkan adalah Fitnah Ahlas. Tentang realita fitnah Ahlas ini, sebagian ada yang berpendapat bahwa ia sudah terjadi semenjak zaman para sahabat, dimana Al-Faruq ‘Umar bin Khaththab adalah merupakan dinding pembatas antara kaum Muslim­in dengan fitnah ini, sebagaimana yang diterangkan Nabi saw ketika beliau berkata kepada ‘Umar: “Sesungguhnya antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.”[2] Dan sabda Rasul saw ini memang menjadi kenyataan dimana ketika ‘Umar baru saja meninggal dunia, hancurlah pintu tersebut dan terbukalah fitnah ini terhadap kaum Muslimin dan ia tidak pernah berhenti sampai sekarang ini. Sejak wafatnya Umar Ibnul Khaththab, maka kaum muslimin terus ditempeli dengan fitnah tersebut.

Adapun Fitnatu Sarra’, maka Imam Ali Al-Qaari menyatakan yang dimaksud dengan fitnah ini adalah nikmat yang menyenangkan manusia, berupa kesehatan, kekayaan, selamat dari musibah dan bencana. Fitnah ini disambungkan dengan sarra’ karena terjadinya disebabkan timbul / adanya berbagai kemaksiatan karena kehidupan yang mewah, atau karena kekayaan tersebut menyenangkan musuh.

Selanjutnya tentang Fitnah Duhaima. Kata duhaima’ merupakan bentuk tasghir (pengecilan) dari kata dahma’, yang berarti hitam kelam dan gelap. Fitnah ini akan meluas mengenai seluruh umat ini. Meskipun manusia menyatakan fitnah tersebut telah berhenti, ia akan terus berlangsung dan bahkan mencapai puncaknya. [3]
Ada beberapa ciri khusus dari fitnah ini yang tidak dimiliki oleh fitnah sebelumnya.
  1. Fitnah ini akan menghantam semua umat Islam (lebih khusus lagi adalah bangsa Arab). Tidak seorangpun dari warga muslim yang akan terbebas dari fitnah ini. Beliau menggunakan lafadz “lathama” yang bermakna menghantam, atau memukul bagian wajah dengan telapak tangan (menempeleng/menampar). Kalimat ini merupakan gambaran sebuah fitnah yang sangat keras dan ganas.
  2. Fitnah ini akan terus memanjang, dan tidak diketahui oleh manusia kapan ia akan berakhir. Bahkan ketika manusia ada yang berkata bahwa fitnah itu sudah berhenti, yang terjadi justru sebaliknya; ia akan terus memanjang dan sulit diprediksi kapan berhentinya. Inilah maksud ucapan beliau : Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut.
  3. Efek yang ditimbulkan oleh fitnah ini adalah yaitu munculnya sekelompok manusia yang di waktu pagi masih memiliki iman, namun di sore hari telah menjadi kafir. Ini merupakan sebuah gambaran tentang kedahsyatan fitnah tersebut. Fitnah ini akan mencabut keimanan seseorang hanya dalam bilangan satu hari, dan ini juga merupakan sebuah gambaran betapa cepatnya kondisi seseorang itu berubah.
  4. Beliau menjelaskan bahwa proses terjadinya kemurtadan pada sebagian umat Islam yang begitu cepat itu akan terus berlangsung dalam waktu yang tidak diketahui. Manusia terus berguguran satu persatu dalam kekufuran, dan puncak dari kejadian ini adalah terbelahnya manusia dalam dua kelompok (fusthathain); kelompok iman yang tidak tercampur dengan kenifakan dan kelompok munafik yang tidak memiliki keimanan.
Benarkah Fitnah Duhaima’ ini sudah terjadi?
Sebagian pemerhati hadits-hadits fitnah berpendapat bahwa fitnah duhaima’ itu sudah terjadi dan terus berlangsung. Di antara realita dari fitnah tersebut adalah:
  1. Fitnah demokrasi yang dipaksakan oleh barat kepada dunia. Sebenarnya demokrasi sudah dimulai dari Revolusi Prancis pada sekitar abad 18. Saat itu ideologi demokrasi dengan pemilu sebagai produk turunannya belum ‘laku’ dan tidak banyak dilirik banyak manusia. Barulah di abad 20 ideologi itu mulai diterima, bahkan di awal abad 21, negara barat ‘memaksakan’ agar seluruh dunia menggunakan sistem tersebut sebagai ideologi yang harus dipakai oleh setiap negara. Ideologi yang menjadikan keputusan berada di tangan rakyat -tanpa memperhatikan apakah sesuai dengan hukum Islam atau justru bertolakbelakang- jelas merupakan sebuah ideologi kufur yang ditentang oleh para ulama. Tidak sedikit ulama yang telah mengupas akan kekafiran sistem ini, dimana Allah tidak boleh ‘terlibat’ dalam sebuah keputusan undang-undang. Dan sebagaimana realita yang ada, ideologi ini mulai menjangkiti beberapa negara dengan mayoritas muslim yang sebelumnya menolak untuk dijadikan sebagai landasan bernegara. Amerika sangat doyan mencekoki negara-negara lain dengan konsep demokrasi. Pada 2011 Mereka malah berada di belakang pihak oposisi yang melakukan revolusi di beberapa negara Timur Tengah. Mulai dari Tunisia, yordania, Mesir, Libya dan lain-lainnya.

  2. Pendapat lain tentang makna fitnah Duhaima’ adalah fitnah perang terhadap terorisme yang sebenarnya bermakna perang terhadap Islam dan umat Islam, terkhusus umat Islam yang memiliki jalan jihad sebagai cara untuk menegakkan agama (iqamatuddin).
Dalam hal ini, jika fitnah Duhaima’ dimaknai dengan fitnah demokrasi, maka fenomena terjerumusnya umat pada kekufuran juga sangat nyata. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa demokrasi merupakan ideologi kufur yang tidak menghendaki campur tangan Allah dalam urusan manusia dengan dunianya. Keengganan sekelompok masyarakat untuk menjadikan hukum Allah sebagai aturan hidup dan menjadikan pendapat mayoritas sebagai acuan dalam mengambil setiap aturan hidup merupakan bentuk kesyirikan nyata. Dengan demikian, besar kemungkinan semua pihak yang turut mengambil bagian dalam tegaknya sistem demokrasi ala barat ini akan terjerumus dalam lubang kekafiran. Dan realita seperti inilah yang kebanyakan tidak disadari oleh banyak manusia. Wal iyadz billah.

Wallahu A’lam bish shawab, untuk sementara pendapat tentang fitnah Duhaima’ yang bermakna ideologi demokrasi sekuler liberal dan perang melawan umat Islam atas nama pemberantasan terorisme barangkali merupakan pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran dari pada fitnah televise dan hiburan. Dan sesungguhnya, pemaksaan ideologi demokrasi sekuler liberal sebenarnya juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan fitnah terorisme ini. Karena pemaksaan demokrasi sekuler liberal dengan sendirinya merupakan perang terhadap konsep khilafah dan kewajiban kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah yang hari ini menjadi cita-cita kelompok yang tertuduh sebagai teroris itu. Wallahu A’lam bish shawab.

Keluarnya dajjal di ujung Fitnah Duhaima’?
Berdasarkan riwayat di atas, Dajjal akan keluar untuk yang terakhirnya kalinya di penghujung fitnah Duhaima’ ini. Lalu, jika benar fitnah demokrasi dan perang melawan terorisme merupakan fitnah Duhaima’, dimana korelasinya dengan kemunculan Dajjal dan bagaimana kita dapat mengetahuinya?

Jika melihat dari periodesasi umat Islam yang dimulai dari fase nubuwah, kemudian fase khilafah nabawiyah (khulafaaur rasyidin), kemudian fase mulkan adhud (yang dimulai dari bani Umayyah hingga Turki Utsmani), lalu dilanjutkan dengan mulkan Jabbar (kekuasaan diktator) yang berakhir dengan munculnya ideologi demokrasi, maka fase kemenangan ideologi demokrasi merupakan tanda dekatnya janji Rasulullah saw. akan kemunculan fase khilafah rasyidah nabawiyah ‘alamiyah (dalam skala internasional). Sebab, Rasulullah saw. menyebutkan akan kemunculan khilafah rasyidah ini setelah tumbangnya mulkan jabbar. Dengan kata lain, kehadiran ideologi demokrasi yang menumbangkan mulkan jabbar justru menjadi tanda semakin dekatnya kebangkitan Islam yang ditandai dengan khilafah rasyidah dengan Imam Mahdi sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin

Kemunculan Imam Mahdi dengan ideologi garis keras dan fundamental yang menginginkan syari’at Islam sebagai satu-satunya aturan hidup manusia, sudah pasti akan meruntuhkan ideologi demokrasi dengan semua turunannya (liberalisme, kapitalisme, sekulerisme dll), dimana hari ini justru paham-paham jahat itu banyak dianut oleh mayoritas negara berpenduduk muslim. Dan untuk hal itu Rasulullah saw. telah memberikan janji akan kembalinya Islam ke setiap rumah yang dilewati oleh siang dan malam. Jika korelasi ini telah menjadi realita, maka jelaslah hubungan kemunculan dajjal dan fitnah duhaima’ ini. Saat ini, setiap kita (dari kelompok manapun) terus berupaya untuk menjadi muslim yang terbaik dan terdekat dengan sunnah Rasulullah saw. tanpa punya ‘hak veto’ untuk memvonis kelompok lain di luar dirinya pasti sesat. Namun, kemunculan Al-Mahdi dengan manhajnya yang paling lurus akan dengan mudah kita menjatuhkan vonis; siapa yang bergabung dan mendukung Al-Mahdi, dialah mukmin sejati dan siapapun yang menolak –dengan alasan apapun- maka dia adalah munafik sejati.

Sumber : https://www.facebook.com/notes/alfian-nawawi/keterkaitan-antara-dajjal-zionis-yahudi-amerika-ufo-dan-konsep-demokrasi/10150128549910606/

0 komentar:

Posting Komentar